Siti Khodijah Lubis, S.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Dan Brown, dan Simbol-simbol Berbalut Fiksi (TAMAT)
Sumber: Kaskus

Dan Brown, dan Simbol-simbol Berbalut Fiksi (TAMAT)

#ReviewFilm

#SpoilerAlert

Tantangan Menulis Hari ke-28

#TantanganGurusiana 

 

Aku ngasih hashtag spoiler alert, tapi jujurly, waktu itu aku nggak nonton filmnya sampai habis gara-gara suamiku bolak-balik memutar channel lain demi nonton MotoGP. Karena aku sebal, jadinya kutinggal tidur. Ha ha ha.

Yep, aku nontonnya cuma sampai setengah.

Film Inferno (2016) ini sebenarnya diangkat dari novel serial petualangan Profesor Robert Langdon yang keempat setelah The Da Vinci Code (TDVC), Angels and Demons (AAD), dan The Lost Symbols (TLS). Tapi entah kenapa sang sutradara, (masih) Ron Howard, men-skip TLS dan langsung membesut Inferno setelah AAD. 

Cerita bermula dari Langdon (Tom Hanks) yang terbangun di sebuah rumah sakit. Kepalanya luka, dan mengalami amnesia parsial temporer. Saat lagi bingung-bingungnya apa, mengapa, dan bagaimana dia bisa tiba-tiba berada di Firenze, Italia, (karena sepengetahuannya dia sedang berada di Amerika) tiba-tiba datang lah seorang wanita bersenjata yang mencarinya sambil menembaki setiap orang yang ia temui di lorong rumah sakit.

Langdon ditolong dr. Sienna Brooks, dokter yang merawatnya sekaligus mengaku sebagai pembaca buku-buku dan penonton seminarnya semenjak umur 9 tahun. Geez, can you imagine that? Sejak umur sem-bi-lan ta-hun!

Di apartemen Sienna, Langdon mendapati dirinya ternyata membawa sebuah tabung yang ia duga berisi virus di dalamnya. Ternyata tabung itu ada faraday pointer (semacam senter yang bisa memproyeksikan gambar)nya.

Pointernya menunjukkan gambar Map of Hell (peta neraka) yang merupakan pengejawantahan puisi Inferno-nya Dante. Di gambar tersebut ada nama "Zobrist", seorang miliyarder yang terobsesi mengurangi 95% populasi dunia demi keselamatan umat manusia itu sendiri, sebab ia berpendapat bahwa sebenarnya manusia lah yang merupakan virus bagi planet bumi, sehingga keberadaannya mesti dikurangi. Seketika karakter Zobrist ini mengingatkanku pada tokoh Valentine di film Kingsman.

Oya, Langdon dari sejak terbangun di rumah sakit pun sering mengalami semacam vision (penampakan) tentang perang abad pertengahan, wabah, dan gambaran-gambaran neraka. Persis di lukisan Inferno tersebut.

Ternyata, tabung berisi virus Langdon itu menjadi buruan WHO dan organisasi konsultan rahasia bernama The Consortium (wanita yang memburu Langdon sejak di RS termasuk anggota The Consortium).

And as usual, the Great Robert Langdon pandai melarikan diri dari kejaran mereka, berbekal pengetahuannya tentang simbol-simbol tersembunyi di balik karya seni.

Terakhir aku melihat film ini hanya di scene salah satu petugas WHO bernama Bouchard berhasil mendapatkan Langdon dan Sienna. Bouchard mengatakan bahwa teman Langdon, seorang agen WHO juga, dr. Elizabeth something (aku lupa nama belakangnya) lah yang memanfaatkan Langdon sebagai carrier virus tersebut.

Oke, habis itu aku otw ke situs Imdb. Ha ha ha.

Jadi singkatnya, Langdon berhasil memecahkan teka-teki bahwa lokasi sebenarnya virus tersebut berada di area bawah air Basillica Cistern (Turki).

Ternyata oh ternyata, semua drama pengejaran Langdon oleh The Consortium dan Bouchard adalah jebakan yang sudah diatur oleh Sienna.

Sienna adalah kekasih Zobrist. Dia tidak tahu lokasi virus tersebut karena Zobrist keburu meninggal bunuh diri sebelum sempat memberitahunya, jadi dia merancang semuanya, mulai dari hilang ingatannya Langdon, aksi kejar-kejaran dengan si wanita pembunuh, agar supaya Langdon termotivasi memecahkan kode-kode yang sudah disiapkan Zobrist untuk Sienna temukan dan menyelesaikan misinya andaikata terjadi sesuatu dengan dia (Zobrist mati bunuh diri saat dikejar Bouchard).

Sienna lah yang menyewa jasa The Consortium itu sendiri.

Turns out The Consortium yang diketuai oleh Harry 'The Provost' Sims, pada akhirnya tahu kalau pencarian Sienna adalah virus berbahaya yang mengancam punahnya sebagian besar umat manusia. Ia pun memutuskan untuk ikut membantu Langdon dan dr. Elizabeth mencegah virus itu tersebar.

Sienna meledakkan dirinya bersama tas berisi virus. Ternyata, virusnya tidak ikut meledak bareng dia, karena ada semacam bahan dobel pelindungnya gitu. And once again, Langdon berhasil menyelamatkan umat manusia. Correct me if I'm wrong.

Kuakui, kali ini sinematografinya semakin apik dibanding dua film adaptasi novel Dan Brown sebelumnya. Directingnya juga semakin bagus, terutama bila dibandingkan seri film yg pertama. Walaupun menurutku flashback-flashback yang sering dialami Langdon terlalu banyak diulang sehingga terasa menyebalkan.

Aku tidak bisa kasih komentar lebih karena aku belum baca novelnya. Tapi aku baca sinopsis novelnya di sini: /en.m.wikipedia.org/wiki/Inferno_(Brown_novel)

And you know what?

Jika untuk The Da Vinci Code & Angels and Demons aku sukaaa banget dengan ending yang versi film, kali ini aku jauuuh lebih suka ending yang di (sinopsis) novelnya. Serius. Pake banget. Mau tahu kenapa? Baca novelnya, dan tonton saja filmnya. 

Tebing Tinggi, 02 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post